Mendesak, Perbaikan Pengajaran Sains

Mendesak, Perbaikan Pengajaran Sains
Sabtu, 15 Desember 2012 | 03:16 WIB

Jakarta, Kompas - Menurunnya hasil tes penguasaan sains dan matematika siswa Indonesia perlu dicermati serius. Pembelajaran sains dan matematika mendesak untuk diubah agar siswa memiliki keunggulan daya nalar dan kemampuan memecahkan masalah secara ilmiah.

Berdasarkan hasil Trends in International Mathematics and Science Study yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011, prestasi sains dan matematika Indonesia menurun.

Untuk bidang matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites di kelas VIII. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007.

Adapun bidang Sains, Indonesia berada di urutan ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara yang siswanya dites di kelas VIII. Kemampuan siswa Indonesia baru bisa menembus kompetensi berpikir dalam level rendah (54 persen), sedang (19 persen), tinggi (3 persen), sedangkan yang lanjutan tidak ada. Pada ketiga kategori pertama, prestasi siswa Indonesia pun menurun dibandingkan 2007. Adapun standar internasional dipatok 500.

Wono Setyabudhi, dosen matematika dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat (14/12), mengatakan pembelajaran matematika di Indonesia memang masih menekankan menghafal rumus-rumus dan menghitung. Bahkan, guru pun otoriter dengan keyakinannya pada rumus-rumus atau pengetahuan matematika yang sudah ada.

”Padahal, belajar matematika itu harus mengembangkan logika, pemikiran, dan berargumentasi. Sekarang malah harus bisa meyakinkan orang lain. Ini tidak pernah dikembangkan dalam pendidikan matematika di sekolah,” kata Wono.

Menurut Wono, kelemahan utama buruknya pembelajaran matematika akibat kualitas guru matematika yang rendah. Karena itu, penguatan kualitas guru matematika perlu diprioritaskan.

Iwan Pranoto, Guru Besar Matematika ITB, mengatakan, pengajaran matematika di sekolah perlu direvitalisasi karena saat ini sistem pengajaran otoriter, menekankan kecakapan berhitung dan penghafalan. Selain itu, kurang variasi dalam proses belajar-mengajar matematika sehingga pelajaran matematika membosankan.

Terkait dengan Kurikulum 2013, dari berbagai masukan, pendidikan sains atau IPA dirasakan tetap perlu sebagai mata pelajaran tersendiri. ”Jika dimasukkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia menjadi tak jelas arahnya,” kata Nuryani Y Rustaman, Ketua Himpunan Sarjana Pendidikan IPA Indonesia. (ELN)

Sumber
0 Komentar untuk "Mendesak, Perbaikan Pengajaran Sains"

Back To Top