Australia Prihatin Berkurangnya Minat Belajar Matematika

Australia Prihatin Berkurangnya Minat Belajar Matematika
Penulis : L Sastra Wijaya | Rabu, 27 Februari 2013 | 08:44 WIB
 


SYDNEY, KOMPAS.com — Berkurangnya pelajar sekolah menengah di Australia, terutama siswi, untuk mengambil pelajaran matematika akan mengancam masa depan ekonomi Australia. Demikian pendapat Heather Ridout, anggota Bank Sentral Australia.
Saya kira kita memiliki masalah dengan pelajaran matematika. Ini akan menjadi ancaman ekonomi bagi Australia -- Heather Ridout

Pendapat ini senada dengan komentar dari para politisi dan kalangan bisnis atas laporan bahwa dalam 10 tahun terakhir, proporsi siswi sekolah menengah yang tidak mengambil pelajaran matematika naik tiga kali lipat sementara jumlah siswa yang mengambil subyek tersebut juga menurun. "Saya kira kita memiliki masalah dengan pelajaran matematika. Ini akan menjadi ancaman ekonomi bagi Australia," kata Ridout seperti dikutip Brisbane Times hari Rabu (27/2/2013).

"Kita sedang menuju ke arah perekonomian ketika sains semakin penting, dan sangatlah penting wanita juga memiliki keterampilan di bidang ini." Dr Rachel Wilson, pengajar senior di Universitas Sydney yang menjadi salah seorang penulis laporan, mengatakan bila tidak ada perubahan kultur dalam soal pengajaran matematika, Australia akan tertinggal dari negara-negara maju lainnya.

"Bila kita mengganggap bahwa Australia adalah negara maju, kita tidak bisa seperti sekarang. Semakin sedikit lulusan sekolah menengah yang mengambil pelajaran matematika." kata Wilson.

Menurut laporan koresponden Kompas di Australia L. Sastra Wijaya, murid sekolah menengah di Australia boleh memilih pelajaran yang mereka ambil di tahun ke-11 dan 12, yang akan menjadi dasar bagi kelulusan dan syarat untuk masuk ke perguruan tinggi. Laporan terbaru menyebutkan, jumlah siswi yang tidak mengambil pelajaran matematika naik dari 7,5 persen di tahun 2001 menjadi 21,5 persen di tahun 2011.

Dari data internasional yang ada di tahun 2002, rata-rata pelajar yang mengambil pelajaran sains, teknologi, matematika, dan teknik adalah 26,4 persen. Jepang menjadi negara tertinggi dengan jumlah 64 persen pelajar mereka mengambil pelajaran tersebut, disusul China 52,1 persen, dan Korea Selatan 40,6 persen.

Australia di tahun 2002, hanya 22,2 persen, dan di tahun 2010 turun menjadi 18,8 persen. Tahun lalu, salah seorang ilmuwan terkemuka Australia, Prof Ian Chubb, menulis laporan menyerukan kepada pemerintah untuk meningkatkan partisipasi siswa di bidang sains, teknologi, dan matematika, dan pemerintah sudah menganggarakan dana 22,5 juta dollar untuk tujuan tersebut.

Menurut Roslyn Prinsley, penasehat pemerintah di bidang pendidikan, dia sudah dihubungi oleh berbagai organisasi termasuk Biro Statistik Australia yang mengatakan mereka tidak bisa menemukan lulusan matematika untuk bekerja. Para ahli juga mengatakan dengan semakin sedikitnya siswi Australia belajar matematika, perbedaan gaji antar pria dan wanita akan tetap lebar.
 
Editor : Rusdi Amral
 
0 Komentar untuk "Australia Prihatin Berkurangnya Minat Belajar Matematika"

Back To Top